Metodologi belajar mengajar juga harus mengikuti perkembangan teknologi agar efektif dan efisien serta memberikan hasil optimal. Itulah poin penting dari workshop tentang pembelajaran blended learning singkron dan asinkron di perguruan tinggi yang relevan dengan revolusi industri 4.0 yang berlangsung di Gedung ACC Uteunkot, Lhokseumawe, Jumat (3/5/2019).
Sekitar 50 tenaga pengajar dari berbagai perguruan tinggi—terutama dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh—tampak serius mengikuti pelatihan sejak pagi sampai sore. Antuasiasme itu terlihat dari kursi yang tetap penuh sampai menjelang acara selesai.
Penyampaian materi oleh Dr Djadja Achmad Sardjana dari Forum Dosen Indonesia, cukup mampu menarik perhatian peserta untuk tetap fokus pada pendalaman materi. Beberapa dosen yang pernah mengikuti workshop serupa sebelumnya, juga tak beranjak dari kursinya sampai kegiatan berakhir.
Dosen FEB Unimal, Wardhiah, mengaku blended dan e-learning sangat menarik karena dosen menerapkan metode pembelajaran sesuai dengan karakter bahan ajar. Dengan metode e-learning yang tepat, dosen dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
“Pada akhirnya, metode ini dapat meningkatkan kualitas personal mahasiswa, bahkan kelompok hingga perguruan tinggi. Semoga ke depan FEB Unimal dapat membuat kegiatan serupa untuk meningkatkan kapasitas dosen dan mengaplikasikannya dalam kegiatan pengajaran,” tutur Wardhiah seusai mengikuti kegiatan.
Dr Khalsiah yang sudah mengikuti workshop tersebut dan menerapkan di Universitas Syiah Kuala, menyebutkan blendeddan e-learning memberikan kemudahan pembelajaran karena menggabungkan beberapa cara penyampaian, model pengajaran, dan gaya pembelajaran. Ada beberapa pilihan media dialog antara fasilitator dengan orang yang mendapat pengajaran.
“Tidak semua mahasiswa memiliki kecakapan dialog secara lisan, ada yang cakap secara tulisan. Dengan blended dan e-learning, bisa dikombinakasikan sehingga bisa mengangkat potensi mahasiswa,” ungkap Khalsiah.
Selain itu, metode tersebut tidak bisa diterapkan tanpa dukungan teknologi dan sumber daya manusia yang memadai. Jaringan internet apakah cukup memadai, demikian juga dengan kemampuan dosen dan mahasiswa dalam melakukan interaksi dengan teknologi.
“Secara administrasi juga harus dikaji karena sistem pembelajaran jarak jauh. Tapi secara keseluruhan , metode ini merupakan sebuah terobosan karena memadukan sistem konvensional dengan modern. Lebih efektif dan efisien,” tambah Khalsiah.
Wahyuddin Albra yang ketika membuka workshop tersebut masih menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, menyebutkan metode tersebut merupakan keniscayaan agar sistem pengajaran tidak ketinggalan zaman.
“Minimal harus dimulai dari sekarang. Dalam perjalanannya nanti, bisa dievaluasi,” kata Wahyuddin.[Ayi Jufridar]