FEB UNIMAL | Lhokseumawe – Pandemi Covid-19 yang melanda dunia berdampak buruk terhadap pertumbuhan ekonomi dan kualitas pendidikan. Dibutuhkan kebijakan strategis, tepat, dan terukur untuk mengantisipasi dampak lebih buruk dari wabah yang belum bisa dipastikan kapan akan berakhir.
Pengamat ekonomi dari Universitas Malikussaleh, Prof. Dr. Apridar, menyebutkan wabah yang melanda bisa menyebabkan terjadinya krisis ekonomi yang lebih parah dari sebelumnya. “Wabah bisa menyebabkan pertumbuhan ekonomi bernilai negatif,” ujar Apridar dalam diskusi secara online yang digelar Himpunan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan (HIMEP) Universitas Malikussaleh, Ahad (19/4/2020).
Menurut Apridar, dibutuhkan sinergitas antara pemerintah Pusat, pemerintah daerah, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan untuk mecari dan merumuskan kebijakan dalam mengurangi dampak lebih buruk akibat pandemi.
“Secara sosial, diperlukan rasa kepedulian, kebersamaan dan persatuan yang kuat di antara masyarakat dalam menghadapi krisis ini. Perlunya digalakkan program-program sosial oleh pihak swasta untuk membantu masyarakat,” tambah Apridar yang juga mantan rektor Universitas Malikussaleh.
Sejak wabah Corona melanda, banyak kampus termasuk Universitas Malikussaleh mengganti kuliah pertemuan tatap muka di kelas dengan perkuliahan daring. Menurut Rahmat Asri Sufa M.Pd, pembelajaran daring bukan solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan di bidang pendidikan.
“Kesenjangan digital masih sangat tinggi baik di kalangan pendidik atau anak didik. Solusi mengatasi dampak pandemi di bidang pendidikan harus memerhatikan beberapa hal yaitu aspek ketersediaan infrastruktur, keterampilan digital, dan karakteristik aplikasi-aplikasi pembelajaran online,” papar Rahmat dalam diskusi online yang juga disiarkan langsung RRI Lhokseumawe.
Sementara, Dr. Indra Buana Sp.P.FISR (spesialis paru dan ilmu respirasi) mengingatkan pentingnya kepatuhan masyarakat menanggapi instruksi pemerintah dan ulama untuk menghindari meluaskan penularan. “Angka ODP, PDP, dan penderita terus bertambah. Walaupun di Aceh angka positif hanya beberapa orang, kewaspadaan tetap harus dijaga,” ujar dr Indra, perwakilan dari IDI Cabang Lhokseumawe.
Diskusi online tersebut melibatkan sekitar 100 peserta dari kalangan dosen, mahasiswa, dan masyarakat umum. Diskusi tersebut dipandu oleh Devi Andriani, S.P. Msi, sekretaris Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitasl Malikussaleh.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh, Dr. Hendra Raza, mendukung setiap kegiatan akademis melalui daring sebagaimana peraturan Rektor Universitas Malikussaleh menyusul wabah Corona yang mengubah seluruh kegiatan akademis. “Kami harapkan, diskusi tersebut memberikan pemikiran konstruktif bagi permasalahan ekonomi dan pendidikan,” kata Hendra. [wln]