UNIMALNEWS | Lhokseumawe – Program Pascasarjana Ilmu Manajemen (PPIM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis menggagas program “Blennded Learning” bagi mahasiswa berprestasi tetapi kurang mampu.
Ketua PPIM FEB Unimal, Dr H Marbawi, menyebutkan “Blended Learning” merupakan beasiswa khusus bagi mahasiswa pascasarjana yang mendapatkan IPK minimal 3,5. Sumber penganggaran dari internal Unimal, dari Bidikmisi, beasiswa Pemerintah Aceh dan Pusat serta pihak lain. “Diharapkan, tahun 2020 program ini sudah berjalan,” ujarnya pada Rapat Kerja FEB Unimal di Aula Cut Meutia, Lhokseumawe, Sabtu (2/3/2019).
Menurut Marbawi, aset yang di PPIM saat ini kurang dioptimalkan karena kegiatan hanya padat beberapa hari di akhir pekan, kecuali Minggu yang tidak kegiatan. Dengan infrastruktur dan 35 doktor yang ada, PPIM harus memiliki program andalan dan keberpihakan kepada generasi muda berprestasi tetapi kurang mampu secara ekonomi.
Ajang curhat
Rapat kerja FEB Unimal menjadi ajang “curahan hati” para ketua program studi di lingkungan FEB Unimal. Sebagian besar ketua prodi menyampaikan kekurangan fasilitas perkualiahan yang berkaitan langsung dengan peningkatan akreditasi. Curhat tersebut didengar langsung Pembantu Rektor I Bidang Akademik, Jullimursyida, dan Dekan FEB Unimal, Wahyuddin Albra.
Ketua Prodi Manajemen, Marzuki SE M Si, menyebutkan ada tawaran pertukaran mahasiswa dari beberapa universitas di Indonesia yang merupakan implementasi dari Aliansi Program Studi Manajemen dan Bisnis Indonesia (APSMBI). “Namun, karena penganggaran yang belum jelas, saya tidak berani menerima,” kata Marzuki. Menurut, Prodi Manajemen sudah bekerja sama dengan 25 Prodi Manajemen di seluruh Indonesia.
Namun, di sisi lain ada kabar menggembirakan dari Prodi Manajemen di mana kelas internasional yang dipimpin Dr Darmawati sudah menjalankan sejumlah program seperti kegiatan perkuliahan di UKM Malaysia dan kegiatan perkuliahan berlangsung dalam bahasa Inggris.
Marzuki juga mengusulkan agar kegiatan KKN bisa diubah dengan magang. “Beberapa universitas di luar Aceh sudah menggantikan KKN dengan magang agar mahasiswa memiliki kompetensi dan peluang kerja.”
Sedangkan Ketua Prodi Ekonomi Syariat, Mukhlis M Nur Lc MA, mengharapkan bisa merekrut mahasiswa dari pesantren yang mampu berbahasa Inggris dan Arab dengan lancar, tanpa perlu matrikulasi lagi. “Dosen dan mahasiswa harus melek IT. Kalau bisa di kelas ada jaringan internet.”
Ketua Prodi D-III Kesekretariatan, Khairawati, mengatakan jumlah mahasiswa mulai berkurang karena akreditasi yang masih C. Saat ini pihaknya sedang mempersiapkan dokumen untuk memperbaiki akreditasi minimal bisa mendapat B.
“Kendalanya, fasilitas seperti laboratorium masih terpusat di satu tempat sehingga menyulitkan perkuliahan. Kami berharap ada dukungan dari fakultas dan rektorat agar lebih baik,” ujar Khairawati yang didampingi dosen D-III Kesekretariatan Chalirafi.[ayi]